Menari Demi Nama Cinta

Tarian tampak untuk jasmani
Lembut membelai ke kanan dan kiri
Goyangan tari penuh menghayati
Tepuk menepuk harapan berbunyi

Batin luluh sinar menyinari
Dalam barisan tersusun rapi
Mengalun nafas untuk mengingati
Meniup jiwa agar kembali
Memejam mata tuk mendekati
Mendamba kasih supaya di hati

Setiap waktu agar sebati
Limpah karunia ilmu hakiki
Buat bekal di hari nanti

Sebutan mulia lidah membasahi
Pembersih jiwa menjadi suci
Senjata ampuh pengawal diri
Pelindung bahang panasnya Api
Sering marak hitamkan bumi
Agar gulita tiada terapi

Cerca caci keji mengeji
Berburuk sangka marah memarahi
Kuman nista wajib di jauhi

[Nazhrah wa Madad, Syeilillah Ya Maulana]

Ucapan Adalah Ukuran, Bukan “Siapa”

Satu pepatah Arab mengatakan “Unzur ma qala, wa la tanzur man qala” (Lihatlah (perhatikan) apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang berkata), disini penting sekali untuk diperhatikan, kadang sebagian orang mengatakan “Lihatlah siapa yang berkata dan jangan lihat terhadap apa yang dikatakan.”

Melihat fenomena saat ini dimana kesesatan sudah merajalela dan sudah sangat sulit untuk membedakan mana hitam dan mana putih, sehingga sebagian orang lebih mengambil jalan aman untuk memperhatikan ucapan para manusia-manusia yang dianggap “hebat” dan mengenyampingkan ucapan manusia-manusia yang dianggap “rendah” walaupun ucapan itu benar pada kenyataannya. Memang tidak bisa disalahkan, tapi ini tidak bisa dijadikan satu pedoman umum untuk bisa diterapkan. Tidak sedikit yang kita anggap manusia hebat ternyata bukan seharusnya dijadikan panutan dan bahkan sebaliknya, manusia yang dianggap rendah malah tertutupi kebaikannya untuk bisa diperhatikan ucapan-ucapannya tersebut.

Maka apa yang seharusnya dilakukan? dan saya lebih mengutamakan pepatah Arab diatas, kalimat yang sudah benar-benar terjaga sejak dahulu hingga saat ini pada abad 21. Dan apakah berhenti sampai disitu saja? tentunya tidak begitu, dan lebih baiknya adalah setelah kita mendengarkan apa yang sudah terucap haruslah kita men-tabayyun-i (mengecek) ucapan tersebut tentunya pada Quran dan Hadits, tapi apakah hanya sekedar kembali pada dua sumber itu saja? diperlukan keseriusan dalam menyelami dua sumber itu dan bukan hanya satu atau dua hari saja demi mencari jawaban yang anda inginkan tapi memerlukan waktu yang lama untuk bisa anda membuka isi kepala anda mengenai ucapan orang tersebut.

Oleh itu didiklah diri anda dan nafsu anda untuk bisa “Melihat (memperhatikan) ucapan orang daripada harus melihat siapa yang memberikan ucapan itu”.

Nabi Isa berkata pada muridnya “apa yang kau lihat pada bangkai anjing ini?” dan muridnya berkata “sama sekali kami tidak melihat kebaikan satupun pada bangkai anjing ini”, Nabi Isa berkata “bahkan giginya masih lebih putih dibanding milik kalian.”

Sekali lagi saya mengingatkan UNZUR MA QALA, WA LA TANZUR MAN QALA “Lihatlah (perhatikanlah) apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang berkata.”

Selamat Idul Fitri

Selamat idul fitri, bumi
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak semena-mena
Kami memperkosamu

Selamat idul fitri, langit
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak henti-hentinya
Kami mengelabukanmu

Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
Tidak bosan-bosan
Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, laut
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak segan-segan
Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak putus-putus
Memberangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhan
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak puas-puas
Kami menebasmu

Selamat idul fitri, para pemimpin
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak habis-habis
Kami membiarkanmu

Selamat idul fitri, rakyat
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak sudah-sudah
Kami mempergunakanmu.

By: KH Mustofa Bisri

Untuk Iblisku

Apa kabar sobat?
Sehatkah kau di sana?
Ku dengar kau dipenjara?
Hal apa hingga kau dipenjara?
Oh, aku tahu,
Apa karena Ramadhan?

Hai Iblis,
Bolehkah aku sedikit bercerita?
Kau tahu? dulu aku sering menghinamu
Aku selalu memusuhimu
Aku selalu berucap bahwa kau adalah musuhku

Namun apa yang terjadi?
Tak bisa ku menipu diri
Bahwa diriku telah menyerupai kau wahai sobat
Tak tersadar aku sudah seperti ini
Aku tak bisa mengendalikan nafsuku
Syahwatku begitu besar sekali
Hingga akhirnya ku menjadi seperti dirimu
Aku melakukan segala kerusakan
Aku bergembira dalam kesesatan
Aku menghancurkan apa saja
Tak peduli dengan omongan orang lain

Tapi aku malu sobat!
Hanya saja aku tak berdaya
Sebab nafsu dan syahwatku begitu besar

Hei, kau tertawa?
Mengapa tertawa?
Janganlah menertawaiku!
Tapi tak apalah, memang wajar kau menertawaiku
Dirikupun telah sama denganmu
Bahkan aku lebih buruk darimu

Sobat, inilah ceritaku
Mungkin lain waktu kita bisa bercerita lagi
Ramadhan akan berakhir
Dan kaupun akan terbebas dari penjara

Aku hanya bisa berucap
Selamat hari kebebasanmu
Dan pintaku,
Semoga aku menjadi orang yang mukhlas
agar aku tak lagi menjadi sepertimu

Di akhir Ramadhan ini saya ingin mengucapkan pada IBLIS dan Kawan-Kawannya, MINAL AIDIN WAL FAIZIN 1 Syawal 1433 H, Mohon Maaf Lahir Dan Batin karena hingga lebaran ini saya masih menyerupai mereka dan tidak ada perbaikan dalam Iman, Islam dan Akhlak. Saya berfikir Ramadhan saya terbebas dari Iblis, ya Mereka di penjara tapi ternyata saya yang menggantikan sifat Iblis karena syahwat dan nafsu dunia yang begitu besar di dalam diri. (Harap Koreksi Diri Masing-Masing Wahai Manusia).

NASIHAT RAMADAN BUAT A. MUSTOFA BISRI (Oleh KH. Mustofa Bisri)

Mustofa,

Jujurlah kepada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan

Ramadan bulan ampunan

apakah hanya menirukan Nabi?

atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu?.

Mustofa,

Ramadan  adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu.

Darimu hanya untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu

Semua yang khusus untukNya khusus untukmu.

Mustofa,

Ramadan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu

serahkanlah semata-mata kepadaNya.

Bersucilah untukNya.

Bersalatlah untukNya.

Berpuasalah untukNya.

Berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya.

Sucikan kelaminmu. Berpuasalah.

Sucikan tanganmu. Berpuasalah

Sucikan mulutmu. Berpuasalah.

Sucikan hidungmu. Berpuasalah.

Sucikan wajahmu berpuasalah.

Sucikan matamu. Berpuasalah.

Sucikan telingamu. Berpuasalah.

Sucikan rambutmu. Berpuasalah.

Sucikan kepalamu.  Berpuasalah.

Sucikan kakimu. Berpuasalah.

Sucikan tubuhmu. Berpuasalah.

Sucikan hatimu. Sucikan pikiranmu. Berpuasalah.

Sucikan dirimu.

Mustofa,

Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering

yang mengingatkan kedaifan dan melembutkan rasa.

Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu

atau perebut kesempatan yang tak sabar atau  atau terpaksa.

Barangkali lebih sabar sedikit dari mata, tangan, kaki, dan kelamin

lebih tahan sedikit berpuasa

tapi hanya kau yang  tahu

hasrat dikekang untuk apa dan siapa.

Puasakan kelaminmu

untuk memuasi Ridha

Puasakan tanganmu

untuk menerima Kurnia

Puasakan mulutmu

untuk merasai Firman

Puasakan hidungmu

untuk menghirup Wangi

Puasakan wajahmu

untuk menghadap Keelokan

Puasakan matamu

untuk menatap Cahya

Puasakan telingamu

untuk menangkap Merdu

Puasakan rambutmu

untuk menyerap belai

Puasakan kepalamu

untuk menekan Sujud

Puasakan kakimu

untuk menapak Sirãth

Puasakan tubuhmu

untuk meresapi Rahmat

Puasakan hatimu

untuk menikmati Hakikat

Puasakan pikiranmu

untuk meyakini Kebenaran

Puasakan dirimu

untuk menghayati Hidup.

Tidak. Puasakan hasratmu

hanya untuk HadhiratNya !

Mustofa,

Ramadan bulan suci katamu,

kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah merasakan sendiri

kesuciannya melalui kesucianmu.

Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian

keserakahan, ujub, riya, takabur

dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu?

Mustofa,

Inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati

Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu

yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

kau puja selama ini.

Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini

seperti Ramadan-Ramadan yang lalu.

http://www.4shared.com/mp3/3J79A8Hc/kh_mustofa_bisri_07_nasehat_ra.html

Kumpulan Kata-Kata Mutiara Imam Syafi’i

فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح

فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح

Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak ingin menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak ingin mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i – Beirut, page. 42]

ini adalah salah satu contoh diwan dari Imam syafi’i yang bermakna sangat dalam. banyak dari kita yang tidak mengetahui mutiara kata dari imam besar ini. Beliau lebih terkenal sebagai Imam Mazhab dan ahli fiqih, tapi sesungguhnya beliau juga adalah seorang sufi dan ahli tasawuf, akan tetapi tidak banyak yang menggambarkan sosok sufinya.
berikut adalah mutiara kata dari Imam Syafi’i, semoga kita bisa mendapatkan pencerahan dan hikmah dari kata-kata beliau.. Amien

A.) MENERIMA TAKDIR ALLAH.
l. Biarlah hari-hari itu berlalu kerjakan yang engkau sukai, apabila takdir sudah menentukan maka berlapang dadalah kau.
2. Janganlah engkau gelisah terhadap musibah-musibah malam hari karena tiada satu pun musibah itu yang kekal abadi.
3. Kuatkanlah dirimu menghadapi cobaan-cobaan hidup, surah hati dan setia hendaklah menjadi pekertimu.
4. Meski bagai buih lautan keaibanmu di kalangan orang lain namun rahasia pribadimu hendaklah selalu tersimpan.
5. Tutuplah rahasiamu dengan kemurahan hati karena konon semua keaiban dapat ditutup dengan kemurahan hati.
6. Jangan engkau tampakkan kelemahan pada lawanmu karena kuatnya mental lawan merupakan bahaya bagimu.
7. Jangan engkau harapkan kemurahan orang yang kikir sebab orang yang sedang kehausan tak akan mendapatkan air dalam api.
8. Sebuah keterlambatan tak akan mengurangi rizkimu dan rizkimu pun tak akan bertambah dengan kepayahan badanmu.
9. Tiada kesusahan yang kekal, tiada kegembiraan yang abadi,  tiada kefakiran yang lama , tiada kemakmuran yang lestari.
10. Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada maka tak ada perbedaan bagimu antara dirimu sendiri dan para hartawan.
11. Apabila ajal datang padamu maka tak sejengkal bumi dan tidak pula sebidang langit yang dapat melindungimu.
12. Bumi Allah amatlah luas namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasapun menjadi sempit.
13. Biarlah hari-hari itu tidak setia setiap saat sebab obat apa pun juga tak akan menangkal ajal.

B.) NILAI DOA.
l4. Apakah engkau meremehkan suatu doa kepada Allah, apakah engkau tahu yang dihasilkan oleh doa?.
15. Ibarat panah di malam hari, ia tidak akan meleset namun ia punya batas dan setiap batas ada saatnya selesai.

C.) PEDIHNYA UJIAN HIDUP.
16. Banyak orang berbicara tentang hal ihwal wanita, konon mencintai wanita adalah ujian hidup yang pedih.
17. Mencintai wanita bukanlah cobaan hidup yang pedih tetapi dekatnya orang yang tidak disukai itulah cobaan hidup yang pedih.

D.) SASTERAWAN.
18. Aku terlambat diantara orang-orang yang dungu yang tidak tahu hak-hak sastrawan sampai kepala ditukarnya dengan ekor.
19. Manusia dapat disatukan namun akalnya tetap berbeda baik dalam masalah sastra maupun dalam masalah hitungan.
20. Tak ubahnya emas Ibriz semuanya berwarna kuning namun tidak semua emas punya nilai yang sama.
21. Dan kayu-kayu cendana bila tidak semerbak baunya tak dapat dibedakan orang mana yang cendana dan mana yang kayu bakar.

E.) NASIB UNTUNG.
22. Singa yang buas mati kelaparan di hutan dan daging-daging domba dimakan anjing.
23. Hamba sahaya yang hina terkadang tidur di atas sutera sedang bangsawan mulia tidur di atas debu.

F.) GEJALA UBANAN DAN AMAL SALIH.
24. Padamlah semangat diriku karena rambutmu sudah beruban malam-malamku pun menjadi gelap meskipun bintang-bintang bercahaya.
25. Burung hantu yang mana bersarang di atas kepalaku yang memakasaku begitu waktu gagak hitamku terbang.
26. Engkau datang kepadaku saat umurku sudah menua karena tempat bernaungmu hanyalah rumah-rumah tua.
27. Apakah sejahtera hidupku setelah rambut cambangku diliputi uban-uban putih dan semir menghitam tidak berguna lagi.
28. Bila kulit orang sudah menguning dan rambut-rambutnya sudah memutih. Hari-hari yang indah kian keruh pula jadinya.
29. Tinggalkanlah olehmu perbuatan-perbuatan yang buruk karena manusia yang bertakwa tidak boleh mengerjakannya.
30. Tunaikanlah zakat kedudukanmu karena zakat ini tak ubahnya seperti zakat harta, apabila sudah cukup nisabnya.
3l. Berbuat baiklah kepada orang merdeka maka engkau dapat menguasainya karena sebaik-baiknya dagangan orang mulia adalah pekerjaannya.
32. Jangan berjalan di atas bumi dengan sombong dan congkak karenaa tiada lama lagi engkau masuk ke bumi juga.
33. Siapa yang ingin mencicipi dunia akulah rasa dunia itu pahit serta getirnya telah berkumpul dalam diriku.
34. Dunia yang kulihat adalah tipu daya dan kebatilan tak ubahnya sebuah fatamorgana yang tampak di tengah sahara.
35. Dunia hanyalah bangkai yang berbau yang dimakan anjing-anjing. Anjing-anjing itu hanya ingin menarik-narik dan merobeknya.
36. Apabila engkau menghindarinya maka dirimu akan selamat apabila engkau ikut menariknya berarti engkau berebutan dengan anjing.
37. Beruntungnlah orang-orang yang rumahnya terang menyala dan tertutup pintu-pintunya dan rapat pula kelambunya.

G.) MURAH HATI DAN BUDI BAIK.
38. Apabila orang hina mencaciku derajatku justru meningkat dan segala keaiban yang kuterima aku pula pangkal sebabnya.
39. Seandainya jiwaku tidak lebih mulia dari diriku niscaya aku sudah menguasainya dari orang hina yang melawannya.
40. Andaikan aku berusaha untuk kepentinganku pula engkau akan melihatku pelan-pelan terhadap yang kucari.
41. Namun aku berusaha untuk kepentingan kawanku sebab aib rasanya seorang kenyang perutnya sedang kawannya dalam kelaparan.
42. Orang yang bodoh pun memberitahui dengan segala cara yang buruk.
43 Ia semakin dungu sedang aku semakin bijaksana, ibarat kayu cendana semakin terbakar semakin harum baunya
45.Apabila engkaumelayaninyaEngkau telah menyenangkannyaApabila engkau membiarkanIa akan mati busuk

Untuk edisi lengkap silahkan melihat di link berikut:

Share this post to other.

(Copy dari blog lain.)

Anggur Dan Wine

Di dalam bukunya (tentang Shawam Orang-orang dari Sham : Syria & Lebanon), Professor Adil Abu Shanab bercerita tentang kisah dari seorang Syeikh Arab yang mana terlibat dalam sebuah diskusi dengan seorang pejabat Perancis yang sedang melakukan pekerjaannya di Syria.
Pejabat Perancis mengundang beberapa orang terkemuka Syria untuk menghadiri sebuah acara makan malam. Salah satu undangannya adalah seorang Syeikh tua dengan jenggot putihnya. Ketika pejabat Perancis melihat Syeikh tua makan dengan jari-jarinya, dia bertanya kepada Syeikh tua :

“Mengapa kamu tidak makan seperti kami?”Yang mana Syeikh tua menjawab :
“Apakah kamu melihat aku makan dengan hidungku?”

Pejabat Perancis menjawab :
“Maksudku, mengapa kamu tidak makan dengan menggunakan garpu dan pisau?”

Syeikh pun membalas :
“Aku yakin dengan kebersihan tanganku, tapi apakah kamu yakin dengan kebersihan dari garpu dan pisaumu?”

Perkataan Syeikh ini membuat pejabat Perancis menjadi terdiam, tapi dia (pejabat Perancis) berpikir untuk membalas Syeikh tua itu.

Pada jamuan tersebut, istri pejabat Perancis tersebut duduk di samping kanannya, dan anak perempuannya duduk di samping kirinya. Masih dalam keadaan jengkel, pejabat Perancis menyuruh pelayan untuk membawakan wine, dan kemudian dia menuangkan wine tersebut untuk dirinya sendiri, untuk istrinya, dan untuk anak perempuannya. Dan kemudian meminum wine tersebut dengan cara-cara yang mengganggu Syeikh tua.

Pejabat Perancis bertanya kepada Syeikh tua :
“Dengarlah wahai Syeikh, kamu menyukai buah anggur dan memakannya bukan?”

Yang mana Syeikh hanya membalas dengan anggukan tanda setuju.

Pejabat Perancis terus berbicara, sambil menunjuk kepada buah anggur dan wine, berharap bisa mengalahkan Syeikh tua.
“Minuman ini terbuat dari buah anggur ini, lalu mengapa kamu memakan buah anggur ini tetapi kamu menjauhkan diri dari wine ini?”
Semua tamu melihat ke arah Syeikh tua, (mereka merasa bahwa kali ini Syeikh tua tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan itu).

Kemudian, Syeikh tua dengan santai menjawab :
“Ini adalah istrimu, dan ini adalah anak perempuanmu. Anak perempuanmu adalah berasal dari istrimu (anak dilahirkan oleh istri : pen), lalu bagaimanalah bisa istrimu itu sah untukmu tetapi anak perempuanmu itu tidak sah untukmu?”

Diceritakan setelah itu bahwa pejabat Perancis menyuruh pelayan untuk segera menyingkirkan wine dari meja makan.

Keledai Itu Saudaraku

Kini ku sadar apa itu kenikmatan.
Kini ku sadar apa itu keindahan dan,
Kini ku sadar apa itu kesentosaan.

Kala itu aku sama sekali tak paham.
Meski ku berjalan mengitari taman.
Dua kelopak mataku menatap tanpa henti.
Segala apa yang ku rasa suatu anugerah.

Ku hirup segala aroma.
masuk dalam rongga hidung.
Sampai terasa dalam detakan jantungku.

Berteriak akan kebenaran.
Terlentang menghadap langit,
Tertawa dalam kegembiraan.
Berlari sembari bernyanyi.
Ku terbang dengan damai.

Namun,
Tak sedikit keledai mengejekku.
Menganggapku gila,
Menganggapku tak tahu diri.

Aku tak pernah menghiraukan.
Aku terus dalam hidupku.
Bahkan tak jarang aku melawan.
karna ku yakin bahwa inilah yang terbaik.

Hingga suatu ketika,
Ku tertimbun di tengah padang pasir.
Terperosok masuk ke dalam inti.
Merasa panas, merasa hancur.
Sempit tanpa nafas.

Segala serangan ku hadapi,
kalajengking menyengatku.
Semut mengerubungiku.

Tapi ku terus melawan.
Sedikit latah kuucap,
segala apa yang telah keledai ucapkan
Bahkan dengan lantang,
Dan tanpa malu.

Kini ku sadar,
Kini ku sadar.
Keledai itu tak salah.

Aku malu,
Aku sedih.
Aku meratapi kecongkakanku.
Ingin rasanya ku cabut mukaku.

Ku mulai mencoba meraba dinding-dinding
Mencari celah, mencari jalan

Akhirnya ku temui cahaya
Keledai menjemputku dalam keterpurukan

Ku panjat,
Naik dan ku raih

Kini Ku sadar apa itu kedamaian

by: ibnusabil06

Cinta Menjadikan Semua Mudah*

Syaratnya cinta dulu, jika sudah cinta maka segala permintaan sang dicinta akan menjadi kewajiban bagi sang pencinta.

Tanpa cinta maka yang muncul dalam pikiran adalah paksaan dan kebencian.

Begitulah yang sudah dilakukan oleh manusia-manusia mulia terdahulu, karna mereka faham apa yang dinamakan cinta.

Contoh; melakukan solat hanya musiman, karna apa? rasa cinta belum tumbuh dalam diri.

Contoh; dengan dalih “puasa hanya Allah yang tahu” maka dia memanfaatkan kesempatan rahasia ini demi menuruti nafsunya, ini belum ada rasa cinta.

Tapi cinta sudah dibuktikan oleh manusia-manusia mulai terdahulu.

1. Nabi ketika ditanya istrinya kenapa solat hingga kaki bengkak, beliau menjawab karna ingin mensyukuri nikmat. ini adalah bukti cinta dalam derita.

2. Seorang sahabat Nabi nikmat melakukan solat meski panah sedang menancap di dadanya, apa anda katakan peristiwa ini bukan cinta?

3. Sayidina Abu Bakr ketika digigit ular berbisa dan Nabi berkata “Sesungguhnya Allah beserta kita”, apa itu bukan cinta namanya?

4. Seorang imam mazhab sedang asyik memberikan pelajaran agama pada muridnya sementara punggungnya diantup kalajengking dan anda katakan itu bukan cinta?

Tak heran mereka menjadi manusia super dimasa pesawat belum ada dan satelit tidak terbentuk.

Namun saat ini, saya, anda, dia, mereka dan kita semua apakah punya rasa cinta demikian?

Contoh terbalik; saya, masih mengunggulkan ucapan manusia lain ketimbang azan solat, apakah saya dikatakan cinta?

Dalam keadaan letih, panas menyengat, berbarengan dengan azan zuhur, untuk langkah demi solat saja gak kuat, apa itu namanya cinta?

Dan akan banyak sekali kekurang-kekurangan jika kita menghitung seberapa besar rasa cinta kita.

Anda tahu cinta itu letaknya di hati, namun akan terlihat seberapa besar cinta itu dalam tindak laku.

Wallahu a’lam, THE END

 

*Kumpulan tweet.